Tari
Saman GAYO Dan Didong GAYO
* Tari Saman
Gayo
Tarian ini selalu menarik perhatian. Gerakan-gerakannya yang
rancak dan teratur mengikuti irama musik yang harmonis membuat siapa pun yang
menyaksikannya selalu dibuat berdecak kagum.
Tari saman memiliki keunikan tersendiri. Kekompakan para penari
yang melakukan gerakan-gerakan menakjubkan membuat tarian ini terlihat begitu
menghentak dan menimbulkan suasana penuh energi.
Ada dua unsur gerak yang menjadi dasar dalam tari saman, tepuk
tangan dan tepuk dada. Tari yang berasal dari daerah Gayo ini termasuk salah
satu tarian yang unik. Selain menampilkan gerak tepuk tangan, ada juga
gerakan-gerakan lainnya, seperti gerak guncang, kirep, lingang, dan
surang-saring (semua nama gerakan dalam bahasa Gayo).
Tari ini diciptakan pada sekitar abad XIV Masehi. Dahulu, tarian
ini hanya berupa permainan rakyat bernama “pok ane”. Saat itu, Tari saman
sempat dijadikan sebagai salah satu media untuk berdakwah. Seiring perjalanan
waktu, ada penambahan berupa iringan syair yang berisi puji-pujian kepada Tuhan
yang diiringi tepukan tangan para penari.
Pada awalnya, tari saman hanya ditampilkan pada acara-acara
tertentu seperti saat Maulid Nabi Muhamad SAW. Tapi dalam perkembangannya, tari
saman kini bisa digolongkan sebagai salah satu tari hiburan.
Tari ini sekarang ditampilkan pada setiap kesempatan yang
sifatnya kegembiraan, seperti pesta pernikahan atau perayaan lainnya, dan tidak
lagi terikat dengan peristiwa atau upacara tertentu.
* Didong Gayo
Didong adalah sebuah kesenian
rakyat Gayo yang
memadukan unsur tari, vokal, dan sastra. Didong dimulai sejak zaman Reje Linge XIII.
Kesenian ini diperkenalkan pertama kali oleh Abdul
Kadir To`et. Kesenian didong lebih
digemari oleh masyarakat Takengon dan Bener Meriah.
Pesta
budaya..
kesenian didong gayo yang
melibatkan 2013 personel dan minum kopi massal di Dataran Tinggi Gayo
Makna
Ada yang berpendapat bahwa kata “didong”
mendekati pengertian kata “denang” atau “donang” yang artinya “nyanyian sambil
bekerja atau untuk menghibur hati atau bersama-sama dengan bunyi-bunyian”. Dan,
ada pula yang berpendapat bahwa Didong berasal dari kata “din” dan “dong”. “Din” berarti Agama dan “dong” berarti Dakwah
Fungsi
Pada awalnya didong digunakan sebagai
sarana bagi penyebaran agama Islam melalui
media syair. Para ceh didong (seniman didong) tidak
semata-mata menyampaikan tutur kepada penonton yang dibalut dengan nilai-nilai
estetika, melainkan di dalamnya bertujuan agar masyarakat pendengarnya dapat
memaknai hidup sesuai dengan realitas akan kehidupan para Nabi dan tokoh yang
sesuai dengan Islam. Dalam didong ada nilai-nilai religius, nilai-nilai
keindahan, nilai-nilai kebersamaan dan lain sebagainya. Jadi, dalam ber-didong
para ceh tidak hanya dituntut untuk mampu mengenal cerita-cerita religius
tetapi juga bersyair, memiliki suara yang merdu serta berperilaku baik. Pendek
kata, seorang ceh adalah seorang seniman sejati yang memiliki kelebihan di
segala aspek yang berkaitan dengan fungsinya untuk menyebarkan ajaran Islam.
Didong waktu itu selalu dipentaskan pada hari-hari besar Agama
Islam.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar