Selasa, 04 Juni 2013

Tari Saman GAYO Dan Didong GAYO

* Tari Saman Gayo
Tarian ini selalu menarik perhatian. Gerakan-gerakannya yang rancak dan teratur mengikuti irama musik yang harmonis membuat siapa pun yang menyaksikannya selalu dibuat berdecak kagum. 

Tari saman memiliki keunikan tersendiri. Kekompakan para penari yang melakukan gerakan-gerakan menakjubkan membuat tarian ini terlihat begitu menghentak dan menimbulkan suasana penuh energi. 






Ada dua unsur gerak yang menjadi dasar dalam tari saman, tepuk tangan dan tepuk dada. Tari yang berasal dari daerah Gayo ini termasuk salah satu tarian yang unik. Selain menampilkan gerak tepuk tangan, ada juga gerakan-gerakan lainnya, seperti gerak guncang, kirep, lingang, dan surang-saring (semua nama gerakan dalam bahasa Gayo). 

Tari ini diciptakan pada sekitar abad XIV Masehi. Dahulu, tarian ini hanya berupa permainan rakyat bernama “pok ane”. Saat itu, Tari saman sempat dijadikan sebagai salah satu media untuk berdakwah. Seiring perjalanan waktu, ada penambahan berupa iringan syair yang berisi puji-pujian kepada Tuhan yang diiringi tepukan tangan para penari.

Pada awalnya, tari saman hanya ditampilkan pada acara-acara tertentu seperti saat Maulid Nabi Muhamad SAW. Tapi dalam perkembangannya, tari saman kini bisa digolongkan sebagai salah satu tari hiburan. 

Tari ini sekarang ditampilkan pada setiap kesempatan yang sifatnya kegembiraan, seperti pesta pernikahan atau perayaan lainnya, dan tidak lagi terikat dengan peristiwa atau upacara tertentu. 




* Didong Gayo
         Didong adalah sebuah kesenian rakyat Gayo yang memadukan unsur tari, vokal, dan sastra. Didong dimulai sejak zaman Reje Linge XIII. Kesenian ini diperkenalkan pertama kali oleh Abdul Kadir To`et. Kesenian didong lebih digemari oleh masyarakat Takengon dan Bener Meriah.

Pesta budaya..
kesenian didong gayo yang melibatkan 2013 personel dan minum kopi massal di Dataran Tinggi Gayo



Makna
Ada yang berpendapat bahwa kata “didong” mendekati pengertian kata “denang” atau “donang” yang artinya “nyanyian sambil bekerja atau untuk menghibur hati atau bersama-sama dengan bunyi-bunyian”. Dan, ada pula yang berpendapat bahwa Didong berasal dari kata “din” dan “dong”. “Din” berarti Agama dan “dong” berarti Dakwah







Fungsi
Pada awalnya didong digunakan sebagai sarana bagi penyebaran agama Islam melalui media syair. Para ceh didong (seniman didong) tidak semata-mata menyampaikan tutur kepada penonton yang dibalut dengan nilai-nilai estetika, melainkan di dalamnya bertujuan agar masyarakat pendengarnya dapat memaknai hidup sesuai dengan realitas akan kehidupan para Nabi dan tokoh yang sesuai dengan Islam. Dalam didong ada nilai-nilai religius, nilai-nilai keindahan, nilai-nilai kebersamaan dan lain sebagainya. Jadi, dalam ber-didong para ceh tidak hanya dituntut untuk mampu mengenal cerita-cerita religius tetapi juga bersyair, memiliki suara yang merdu serta berperilaku baik. Pendek kata, seorang ceh adalah seorang seniman sejati yang memiliki kelebihan di segala aspek yang berkaitan dengan fungsinya untuk menyebarkan ajaran Islam. Didong waktu itu selalu dipentaskan pada hari-hari besar Agama Islam.



SERPIHAN TANAH SURGA ( GAYO )

Kota Takengon yang berada di dataran tinggi Gayo, merupakan kota tujuan wisata di Nanggroe Aceh Darussalam. Keindahan alamnya seperti tersembunyi karena berada di tengah Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam. Objek wisata alam yang terkenal di sana adalah Danau Laut Tawar, yang menjadi kebanggaan masyarakat Takengon. Sebagian aktivitas masyarakat sekitar danau adalah sebagai nelayan. Ikan Depik [Rasbora Tawarensis], merupakan ikan khas danau laut tawar Aceh Tengah.

Banyak wisatawan domestik maupun mancanegara yang datang ke Takengon, mengunjungi dan menginap di sekitar Danau Laut Tawar. Selain objek wisata Danau Laut Tawar, terdapat tempat-tempat wisata lainnya di Kota Takengon, seperti Gua Puteri Pukes, Pantang Terong, pemandian air panas Wih Pesam, Bukit Terong (Puncak Khafi), Goa Loyang Koro, Pantai Menye, Pantai Ketibung dan Monumen Pacuan Kuda Tradisional [Evant ini biasanya dilakukan pada saat hari kemerdekaan]. Setidaknya ada 20 objek wisata yang dapat dikunjungi di Kota Takengon. Khusus mengenai perlombaan pacuan kuda, para jokinya biasanya anak usia sekolah. Mereka secara alami terlatih dan berani tanpa menggunakan pelana, yang hanya memakai kaus dan celana pendek berkuda dengan kencang.

Penduduk asli Takengon adalah Suku Gayo. Mereka merupakan keturunan dari Batak Karo di Sumatera Utara. Bahasa daerahnya pun berbeda dengan bahasa daerah penduduk Aceh pada umumnya. Kota Takengon berhawa sejuk dengan keindahan alamnya yang luar biasa, dan berada di kawasan dataran tinggi Gayo. Komoditi-komoditi unggulan yang dipasarkan di Kota Takengon adalah komoditi-komoditi yang berasal dari dataran tinggi Gayo, seperti kopi Gayo (kopi arabika) yang terkenal yang diekspor ke Jepang, Amerika dan Eropa, tomat, markisa, sayur-sayuran, jagung, cabe dan kentang. markisa, tomat, cabe, jagung, sayur-sayuran, jeruk keprok Gayo, alpukat, tembakau dan damar.

Untuk mecapai lokasi ini, bisa ditempuh dari dua wilayah, 1). Banda Aceh, Dari terminal di banda aceh bisa dengan Travle [L300] dengan biaya sebesar 75.000 rupiah langsung ke takengon. Perjalanan kurang lebih sekitar 6-7 jam perjalanan. 2). Via Medan, dari polonia naik ojek atau taxi kearah jalan gajahmada, ongkos untuk Ojek Sekitar Rp. 25.000 – 30.000, dengan Taxi bisa mencapai Rp. 45.000 – 55.000. Dijalan gajahmada cukup banyak Perusahaan bus yang menyediakan jasa angkutan sampai Takengon. Biaya yang diperlukan untuk ke takengon dari medan sekitar Rp. 150.000 [Bus Cepat Bangku 2:1] saya merekomendasikan naik CV. Kurnia. Kenapa? Armadanya baru-baru, aman, lancar dan nyaman banget.

Setiba di takengon, cukup banyak losmen murah, dengan harga kisaran Rp.80.000 - 150.000 per malam, ada juga Hotel yang lumayan mahal, kisaran harga Rp. 250.000 - 400.000 [Ringgali]. Dan berikut ini adalah foto2 keindahan dataran tinggi gayo. Sebagai catatan, foto ini menggunakan kamera Canon 350D, Lensa Tokina 12-24, Filter Hoya UV Rim 77MM, Tripot UFU 260.